“Ini untukmu” katanya
pelan, akupun menerima kartu ucapan itu. Saatku membukanya tiba-tiba ada lagu
yang terdengar dari kartu itu, lagu selamat ulang tahun. Akupun heran, ulang
tahunku kan udah lewat kok masih dikasih kado. Lalu aku bertanya pada Imron,
orang yang memberiku kartu itu, “dari siapa?” tanyaku, karena nggak mungkin kalau
itu adalah pemberian Imron sendiri. Dia menjawab “dari wahyu, dia menyuruhku
memberikan ini untukmu,dan katanya dia minta maaf” . akupun tertegun, Wahyu,
kenapa dia masih ingat hari ulang kartu ucapan itu. “Sorry, aku tadi disuruh ngasih
ini ke kamu, kalau kamu tahunku? “ini, bilang padanya aku nggak bisa terima” kataku
sambil mengembalikan nggak mau balikin langsung ke Wahyu, kalau nggak gitu
buang aja”. Setelah Imron meyelesaikan kat-katanya dia langsung pergi
meninggalkan aku. Huff ……. Anak ini. Kataku
dalam hati.
Saat dirumah, kartu ucapan itu terus kupandangi, sesekali
kubuka dan kudengarkan lagu selamat ulang tahunnya. Hatiku mendadak jadi sedih,
kenapa dia begitu baik padahal dia sudah ku sia-siakan, hemmm … menyesal, tentu
iya tapi nggak mungkin aku bisa mengembalikan waktu yang sudah berlalu.
Dulu, dia adalah pacar pertamaku di SMP, aku menerimanya
karena waktu itu dia selalu menggangguku dengan surat-surat yang menurutku
aneh, hehehe … karena pada waktu SMP dulu aku adalah perempuan yang terbilang
sangat cuek. Dia selalu mencari perhatian, disaat aku olah raga dia datang
menggodaku, saat aku ikut organisasi pramuka dia juga ikut dan mulai
membeberkan hubungan kami, otomatis aku langsung salah tingkah dan merasa
sangat malu.
Dia orang yang suka menyenangkan hatiku, walaupun terkadang
merasa sangat malu tapi saat itu juga aku bahagia. Dan finalnya terjadi saat
kami mulai naik kelas, saat itu teman-teman memberitahuku kalau Wahyu dikeluarkan
dari sekolah karena jiwa pemberontaknya tidak tertolong lagi. Dan akupun tentu
tidak percaya karena Wahyu bilang kalau dia tidak masuk sekolah karena sakit. Dan
ternyata, semua yang dikatakan teman-teman itu benar. Aku sedih, karena Wahyu membohongiku, dan aku
juga merasa sangat malu. Kemudian saat pulang sekolah dia menemuiku, karena
sangat kesal kubilang padanya untuk jangan menemuiku lagi, dia terus mengejarku
dan menarik sepedaku dari belakang, “Apa kamu minta putus?” tanyanya, dengan
sangat kesal kujawab “Iya, aku pengen putus” lalu akupun mengayuh sepeda dengan
sekuat tenaga. Aku benar-benar marah dan sangat tidak terima.
Sekarang, yang mampu ku katakan hanyalah “maafkan aku”, aku
tidak bermaksud melukai hatimu, maafkan keegoisanku. Dan terima kasih, telah
mengisi hari-hariku dulu, dan pemberian terakhirmu ini akan kusimpan baik dalam
lemari hatiku.
Untuk Wahyu, I’am Sorry
0 komentar:
Posting Komentar