Senin, 02 Mei 2011

Cermin seekor Burung

Ketika musim kemarau baru saja mulai. Seekor burung pipit mulai merasakan tubuhnya kepanasan, lalu mengumpat pada lingkungan yang dituduhnya tidak bersahabat. Dia lalu memutuskan untuk meninggalkan tempat yang sejak dahulu menjadi habitatnya, terbang jauh ke utara, mencari udara yang selalu dingin dan sejuk.

Benar, pelan pelan dia merasakan kesejukan udara, makin ke utara makin sejuk, dia semakin bersemangat memacu terbangnya lebih ke utara lagi.

Terbawa oleh nafsu, dia tak merasakan sayapnya yang mulai tertempel salju, makin lama makin tebal, dan akhirnya dia jatuh ke tanah karena tubuhnya terbungkus salju.

Sampai ke tanah, salju yang menempel di sayapnya justru bertambah tebal. Si burung pipit tak mampu berbuat apa apa, menyangka bahwa riwayatnya telah tamat.

Dia merintih menyesali nasibnya. Mendengar suara rintihan, seekor kerbau yang kebetulan lewat menghampirinya. Namun si burung kecewa mengapa yang datang hanya seekor kerbau. Dia menghardik si kerbau agar menjauh dan mengatakan bahwa makhluk yang tolol tak mungkin mampu berbuat sesuatu untuk menolongnya.

Si kerbau tidak banyak bicara, dia hanya berdiri, kemudian kencing tepat di atas burung tersebut. Si burung pipit semakin marah dan memaki maki si kerbau. Lagi-lagi si kerbau tidak bicara, dia maju satu langkah lagi, dan mengeluarkan kotoran ke atas tubuh si burung. Seketika itu si burung tidak dapat bicara karena tertimbun kotoran kerbau. Si Burung mengira lagi bahwa mati tak bisa bernapas.

Namun perlahan lahan, dia merasakan kehangatan, salju yang membeku pada bulunya pelan-pelan meleleh oleh hangatnya tahi kerbau, dia dapat bernapas lega dan melihat kembali langit yang cerah. Si burung pipit berteriak kegirangan, bernyanyi keras sepuas puasnya.

Mendengar ada suara burung bernyanyi, seekor anak kucing menghampiri sumber suara, mengulurkan tangannya, mengais tubuh si burung dan kemudian menimang nimang, menjilati, mengelus dan membersihkan sisa-sisa salju yang masih menempel pada bulu si burung. Begitu bulunya bersih, si burung bernyanyi dan menari kegirangan, dia mengira telah mendapatkan teman yang ramah dan baik hati.

Namun apa yang terjadi kemudian, seketika itu juga dunia terasa gelap gulita bagi si burung, dan tamatlah riwayat si burung pipit ditelan oleh si kucing.

Hmm… tak sulit untuk menarik garis terang dari kisah ini, sesuatu yang acap terjadi dalam kehidupan kita: halaman tetangga tampak selalu lebih hijau; penampilan acap menjadi ukuran; yang buruk acap dianggap bencana dan tak melihat hikmah yang bermain di sebaliknya; dan merasa bangga dengan nikmat yang sekejap. Burung pipit itu adalah cermin yang memantulkan wajah kita…



dari : http://izzasyifa.wordpress.com

Menanti Dalam Ketidakpastian

By: Nina Gustina
Bangko
Jambi

Aku masih terduduk lemas di atas tempat tidurku, aku begitu memikirkan hari yang melelahkan ini, sore itu hujan turun dengan deras aku menatap di jendela sambil menikmati hujan yang begitu deras itu, seakan memberikan kesejukan tersendiri bagi hatiku yang sedang panas ini. Gimana gak panas kalau orang yang kita sayangi berboncengan dengan cewek lain, dasar Miko sukanya membuat hatiku terluka dan merasakan cemburu yang amat sangat. Walaupun aku sadar kalau aku dan Miko belum jadian, tapikan dia dah nembak aku, tapi belum aku jawab sih ... He ... He ... ?^^



Tapi kan tak seharusnya dia buat aku cemburu, marah, kesal, boring, dan sakit. Dengan santainya dia lewat depanku saat pulang dari kuliah. Aku masih saja memikirkan kejadian itu sampai-sampai aku memukul boneka panda yang terbaring di tempat tidurku.

Aku berlari keluar rumah, seperti anak kecil yang bermain hujan ... Aku tak peduli kalau Paris yang menatapku dari teras rumahnya ... Maklumlah tetangga. Hei ... Avril ngapain loe hujan-hujanan ... Kayak adik gw aja teriak Paris dari rumahnya ...Sambil ketawa ngeledek.... Haha..ha..ha... Biarin kataku balas teriak soalnya hatiku sedang panas jadi di guyuri hujan jadi adem .... ,,?^^^

Tiba-tiba mama memanggilku .. Avril ayo masuk ntar kalau kamu hujan-hujanan nanti sakit sayang?? Gak pa pa ma? Aku kan anak yang jarang sakit dan kuat kata ku, alah kamu jangan seperti itu guman mama lagi. Aku begitu kesal dengan Miko, Miko dan Miko nama itu telah buat aku kecewa, sebenarnya aku sayang Miko tapi Miko gak menyadari itu, dengan santainya dia menganggap kalau aku tak pernah mencintainya. Dan menganggap kalau aku tak seriyus menanggapi cintanya.

Entah sampai kapan aku dan Miko bermusuhan seperti ini hingga hari berganti hari dan bulan berganti bulan, aku tak mengerti status apakah yang cocok untuk aku dan Miko?? setiap ketemu kami gak saling tegur sapa, sebenarnya aku lelah bersikap seperti itu pada Miko, andai saja kalau kejadiannya seperti ini aku ingin berteman saja dengan Miko karna sebelum semua ini terjadi kami bersahabat.. Sekarang ... ?? Malah kacau. ^^ Hanya Tuhan yang tahu yang terjadi antara aku dan Miko .....^^^



Aku lelah menanti cinta Miko yang tidak pasti, sebenarnya aku lelah menanti dalam ketidak pastian. Aku ingin cinta yang nyata bukan angan-angan ataupun hayalan. Sekarang semuanya telah berlalu perkataan bisa saja hilang tapi kenangan gak kan pernah terlupakan, hanya ada kenangan yang tersisa antara aku dan Miko yang mampu membuat aku tersenyum dalam ketidak pastian cintanya Miko untuk ku .... ^^^

dari : http://cerpenpersahabatan.com